PENDOPOSATU.ID, KOTA MALANG – Arkeolog Malang, Dwi Cahyono memberikan gambaran tentang Film dokumenter Topeng Malang Menolak Lupa yang dibuat seniman asal Malang. Menurutnya Malang itu memiliki akar yang kuat tentang Panji sebagai cerita yang sangat mewarnai Topeng Malang.
“Malang memiliki pembeda dengan tempat lain. Memiliki seni pertunjukan ber properti topeng. Di tempat lain, properti topeng itu tari. Di Malang itu tidak hanya topeng tapi sendratari. Jadi beda, kalo sendratari itu ada lakon,” jelasnya.
“Teman-teman Kranggan yang menampilkan lakon Purwo terutama Mahabharata. Kemudian juga menyajikan lakon-lakon konteks lokal seperti mengangkat cerita dari Prasasti Kranggan untuk lakon pertunjukan. Kita juga eksplor bermacam-macam topeng. Termasuk topeng dengan cerita binatang yang ada di Candi Jago,” terang sejarawan ini pula.
Dikatakannya, bahwa Malang mengeksplorasi dari cerita sejarah seperti Mandala Putra Nusantara.
“Artinya bahwa sebenarnya eksplorasi topeng dari wayang topeng Malang yang berkenaan dengan cerita akhir-akhir ini lebih ekspresif. Namun ada yang hilang terutama lakon Menak. Lakon-lakon yang berkembang di era perkembangan Islam. Lakon dari Persia. Awal kemerdekaan hampir hilang dan topeng-topeng Menak ini jarang dibuat,” jelasnya.
Baginya, pembuatan video Menolak Punah Topeng Malang perlu diapresiasi karena diharapkan akan memunculkan generasi-generasi baru.
“Topeng Malang adalah Malang Raya karena merupakan khasanah budaya Malang Raya yang mempunyai cerita panjang. Film ini akan kami pakai sebagai corong. Topeng Malang butuh roadshow. Kita suarakan, tidak hanya di Malang Raya tapi Nusantara, bila perlu internasional,” tukasnya.
Setuju dengan hal tersebut, Nashir selaku moderator dalam Jagongan tersebut mengatakan bahwa dirinya sependapat apabila ada kepedulian untuk mendokumentasikan dan menarasikan Topeng Malang, maka kesenian tersebut tidak akan punah.
“Sepakat bahwa itu tidak mungkin punah karena Topeng Malang itu lahir dari bawah. Dulu tidak ada yang mendukung tetap bisa berdiri. Akhirnya, dibawa keliling sama teman-teman aktivis yang pada akhirnya terbaca lebih luas lagi.
Mapping-mapping seperti ini yang harus dikuatkan,” ucap Nashir.
Baginya, narasi dan dokumentasi Tari Topeng Malang penting, sehingga keberadaan topeng akan akan tetap ada. “Media juga dapat menarasikan dan mempublikasikan agar Topeng Malang digaungkan sebagai upaya menolak punah,” ujarnya.
Pemutaran film Topeng Malang Menolak Punah ini digelar dengan Jagongan Bareng yang dihadiri Ketua DPRD Kota Malang I Made Rian Diana Kartika, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang Purwoto, pelaku seni dan budaya serta media.
Penulis : Yani
Editor : Dadang D