Malang, pendoposatu.id – Program Sekolah Unggulan di Kabupaten Malang memasuki tahap evaluasi akhir. Ketua LPPP Universitas Negeri Malang (UM), Prof. Dr. Hardika, M.Pd, menegaskan bahwa penguatan karakter akademik dan sistem manajemen sekolah menjadi fondasi utama dalam pengembangan sekolah unggul. Hal itu disampaikannya pada Workshop Evaluasi dan Refleksi Program Sekolah Unggulan di El Hotel Karangploso, Selasa (9/12/2025).
“Penguatan ini menyasar karakteristik akademis dan karakter sekolah unggul secara utuh. Ibarat membangun rumah, kita sedang memperkuat fondasinya,” ujar Prof. Handika.
Workshop tersebut menjadi media evaluasi atas 11 item penguatan yang diterapkan pada 7 SD dan 10 SMP peserta program. UM juga melakukan pendampingan lapangan untuk menilai tingkat pemahaman guru, kepala sekolah, serta tenaga pendidik mengenai konsep sekolah unggul.
“Instrumen evaluasi yang kami gunakan mengukur pemahaman menyeluruh dari seluruh peserta. Hasilnya beragam. Untuk materi Renstra, misalnya, ada sekolah yang mencapai skor 88 dan 90,” jelasnya.
Menurut Prof. Handika, Renstra (Rencana Strategis) merupakan materi dasar yang menjadi pedoman seluruh program sekolah unggul.
“Renstra itu landasan kerja. Pak Kadis menyebutnya kompas. Semua program harus merujuk ke sana untuk jangka 4–5 tahun ke depan,” tegasnya.
UM bersama Pemerintah Kabupaten Malang akan menyusun rencana tindak lanjut untuk penguatan lanjutan pada 2026. Beberapa materi, seperti pemahaman karakter sekolah unggul, peran guru, kepemimpinan kepala sekolah, serta budaya belajar siswa, dinilai masih membutuhkan pendalaman.
Evaluasi ini juga disiapkan sebagai laporan resmi kepada Bupati Malang dan Dinas Pendidikan Kabupaten Malang.
“Evaluasi ini bagian dari laporan kepada pemerintah daerah sebagai otoritas program,” tambahnya.
Terkait kendala, Prof. Handika menyebut perubahan pola pikir sebagai tantangan terbesar.
“Sekolah unggulan merupakan mindset baru. Ini menyangkut karakter guru, kepala sekolah, dan siswa. Butuh pembiasaan. Mulai dari hadir tepat waktu, kelas tidak boleh kosong, hingga persiapan materi yang lebih disiplin,” katanya.
Meski perubahan tidak dapat dilihat secara instan, UM tetap optimistis. “Kami optimis. UM juga bisa melakukan pemantauan lanjutan melalui program pengabdian masyarakat, termasuk pendampingan parsial di sekolah-sekolah tertentu,” tutup Prof. Handika.
Penulis : nes










