PENDOPOSATU.ID, JAKARTA – Penurunan drastis Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga 5% pada Selasa (18/03/2025), memaksa Bursa Efek Indonesia (BEI) hentikan sementara perdagangan yang dinilai bukan sekadar fluktuasi pasar biasa.
Pembekuan sementara perdagangan oleh Indonesia Stock Exchange (IDX) tertuang dalam press release no 023/BE1.SPR/03-2025, sebagai akibat penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI).
“Dengan ini kami menginformasikan bahwa hari ini, Selasa, 18 Maret 2025 telah terjadi pembekuan sementara perdagangan (trading halt) sistem perdagangan di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pukul 11:19:31 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS) yang dipicu penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai 5%,” terang Kautsar Primadi Nurahmad Sekretaris Perusahaan PT. Bursa Efek Indonesia dalam rilisnya. Selasa (18/03/2025) siang.
Lebih lanjut, Kautsar menjelaskan bahwa hal tersebut dilakukan sesuai dengan Surat Keputusan Direksi BEI Nomor: Kep- 00024/BEI/03- 2020 tanggal 10 Maret 2020 perihal Perubahan Panduan Penanganan Kelangsungan Perdagangan di Bursa Efek Indonesia dalam Kondisi Darurat.
“Perdagangan akan dilanjutkan pukul 11:49:31 waktu JATS tanpa ada perubahan jadwal perdagangan,” jelasnya.
Akibat penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yamg mencapai 5%, para pakar ekonomi memperingatkan potensi dampak jangka panjang yang sangat mengkhawatirkan.
Termasuk ancaman inflasi dan penurunan daya beli masyarakat yang dapat berimbas langsung pada harga bahan pokok. Meskipun tidak ada korelasi langsung antara IHSG dan harga sembako.
Potensi pelemahan Rupiah yang terjadi, akibat sentimen negatif pasar dapat meningkatkan biaya impor bahan pangan.Kenaikan biaya impor ini akan berdampak pada harga jual di pasaran.
Lebih lanjut, penurunan kepercayaan investor dan kekhawatiran akan resesi ekonomi dapat mengurangi investasi di sektor pertanian dan industri pangan, sehingga pasokan bahan pokok bakal terhambat.
Dampak yang lebih luas juga perlu diantisipasi, penurunan daya beli masyarakat akibat penurunan IHSG dapat menyebabkan penurunan permintaan terhadap berbagai barang, termasuk bahan pokok.
Namun, situasi ini bisa menjadi paradoksal (bertentangan dengan asumsi umum atau kebenaran, tetapi kenyataannya mengandung kebenaran).
Karena penurunan permintaan yang signifikan dapat menekan harga, sementara keterbatasan pasokan justru mendorong kenaikan harga. Situasi ini membutuhkan analisis yang cermat.
Pemerintah dan otoritas terkait dituntut untuk segera gerak cepat mengambil langkah antisipatif melalui kebijakan yang tepat.
Kebijakan fiskal dan moneter yang tepat sangat krusial untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mencegah dampak negatif yang lebih besar terhadap masyarakat, terutama terkait dengan keterjangkauan harga bahan pokok.
Kecepatan respons pemerintah akan menentukan seberapa besar dampak negatif yang dapat diminimalisir. Mengantisipasi hal itu, masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan memantau perkembangan situasi ekonomi.
BEI belum memberikan penjelasan lebih detail mengenai penyebab penurunan IHSG yang signifikan. Para investor dan pelaku pasar diimbau untuk memantau perkembangan informasi lebih lanjut dari BEI.
Penting untuk dicatat bahwa penurunan IHSG merupakan hal yang normal dalam perdagangan saham. Namun, penting untuk memantau perkembangan informasi lebih lanjut dari BEI dan para analis untuk memahami penyebab penurunan dan potensi dampaknya terhadap pasar saham Indonesia.
Penulis : Redaksi
Editor : Gus