PENDOPOSATU.ID, KOTA MALANG – Jelang Kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 mendatang, Inisiator Kamisan dialektika dan logika (Dialogika) gelar diskusi terbuka bersama Lili Ulfa Ketua GWN (Gubuke Wong Ngalam) di Perum Telagawaru permai Malang. Kamis (27/06/2024) sore.
Kamisan Dialogika dengan inisiator Fajar SH mengupas filsafat politik mengenai sosok pemimpin ideal adalah Virtus terbaik yang dimiliki Actus atau individu yang paling banyak memiliki keutamaan dari Citizenship dimana seorang raja (pemimpin) cara berfikirnya seperti seorang Filsuf atau Seorang Filsuf yang wataknya seperti raja yang memiliki watak Adil.
Ketua GWN Lili Ulfa yang turut berdialog, dalam kesempatan tersebut sekaligus untuk mendengarkan aspirasi dan uneg-uneg masyarakat terkait pelayanan pendidikan dan kesehatan.
Lili berpendapat bahwa pendidikan gratis dan pelayanan kesehatan gratis sudah seharusnya menjadi prioritas dan fokus pemimpin.
Lili menjawab blak-blakan terkait problematika pendidikan kota Malang yang seringkali dikeluhkan walimurid terutama keberadaan pungutan sekolah oleh komite maupun paguyuban sekolah yang rasa memberatkan.
“Sekolah Gratis jangan lagi dibebani dengan pungutan-pungutan, bagi yang mampu mungkin tidak ada masalah, tapi bagi yang miskin jelas memberatkan, apalagi sampai ada juru tagih paguyuban tiap pengambilan raport, bahkan ada yg sampai rela datang kerumah untuk mengambil pungutan ini sangat memprihatikan,” ucap wanita penggiat sosial ini.
Dirinya sependapat jika Pungutan oleh paguyuban sekolah sudah seharusnya ditiadakan, terkait keluhan pihak sekolah jika anggaran BOS tidak mencukupi biaya operasional sekolah, Lili dengan lugas menjawab
“Menurut saya masih banyak jalan yang bisa dilakukan untuk menutupi kekurangan anggaran, salah satunya dengan memanfaatkan CSR perusahaan untuk kepentingan pendidikan di kota Malang,” ujar Lili yang digadang-gadang beberapa pihak untuk maju sebagai N1 dalam kontestasi Pilkada Kota Malang mendatang.
Ditempat yang sama Fajar SH Inisiator Kamisan Dialogika menjelaskan Dialogika mengupas pembelajaran politik melalui jalur filsafat agar tahu dan bisa menjelaskan apa itu politik, bagaimana cara berfikir nya, bagaimana logika konstitusionalnya.
“Sehingga penerapan dilevel aplikasi ditingkat politik, kita tahu mana yang boleh , mana yang tidak boleh dilakukan,” jelasnya.
Dengan adanya pemahaman dialektika dan logika ini, diharapkan masyarakat memiliki politik yang rasional dan politik yang sehat akalnya agar bisa memilih pemimpin.
“Kalau itu levelnya pemilih dia mampu memilih orang yang benar, kalau dia levelnya menjadi pelaku politik, maka dia bisa menjadi pelaku politik yang benar,” ujarnya
“Menurut Socrates Hidup yang tidak di uji maka tidak layak dijalani, hal tersebut juga berlaku kepada calon pemimpin jika tidak di uji maka tidak layak dijadikan pemimpin,” pungkasnya.
Penulis : Setyo