PENDOPOSATU.ID, KAB MALANG – Dibalik keindahan alam yang mempesona, Dukuh Lopawon, Desa Kebobang, kecamatan Wonosari Kabupaten Malang, diam-diam tersembunyi sebuah mahakarya kuliner luar biasa. “Klingking” Daging Asap bambu muda khas Lopawon hanya tersaji saat lebaran Idul Fitri.
Amartya Bumi Kepanjian dalam sambang ramadan jejak kearifan kembali mengekspolrasi kuliner khas pedesaan yang unik yaitu Sayur Pedas Klingking Asap yang ada di dukuh Lopawon.
“Klingking Asap,” sebuah legenda kuliner “daging” dari bambu muda bukan sekadar olahan rebung biasa, tapi sebuah mahakarya kuliner nusantara yang terus diwariskan turun temurun. Jadi sangat sayang jika terlupakan penggemar kuliner.
Sayur Pedas Klingking merupakan masakan khas yang memiliki potensi jadi primadona kuliner Nusantara, tak hanya digemari warga lokal, namun juga dirindukan hingga mancanegara.
Klingking Asap yang diproses secara tradisional dan pembuatannya yang unik menjadi kunci khas cita rasa uniknya.
Berbahan dasar rebung (bambu muda) dan rasa kenyal layaknya daging membuat Klingking banyak digemari dan menjadi menu wajib saat lebaran.
Proses pembuatan Klingking butuh ketelatenan, dari rebung segar selanjutnya direbus, kemudian diiris tipis dan dijemur di bawah terik matahari dan dilanjutkan dengan di asap di perapian.
Namun, tantangan pengolahan klingking justru datang saat musim penghujan tiba, di mana panas matahari tak menentu.
“Kadang-kadang nggak ada panas, jadi dipanggang dan di asap di atas api. Proses pemanggangan inilah yang menjadi ciri khas utama klingking,” ujar Faryani seorang pembuat Klingking. Kamis (20/03/2025).
“Rebung diatur di atas para-para dan diasapi selama berhari-hari, bahkan hingga berminggu-minggu, hingga benar-benar kering dan mengeluarkan aroma bakaran yang khas proses itulah yang di desa kami sebut ‘klingking’,” lanjutnya.
Dari Rendaman Semalam Hingga Pedasnya Menggugah Selera
Sebelum diolah menjadi hidangan lezat, Klingking Asap yang kering dan keras harus melalui beberapa tahapan.
“Jadi direndam dulu semalam, besoknya direbus sampai mekar,” jelas Faryani
Setelah mekar dan dagingnya menebal, Klingking kembali diiris dan direbus sekali lagi.
“Biar rasa sangitnya itu berubah,” imbuhnya. Perebusan ganda ini menjadi kunci untuk mendapatkan cita rasa yang pas.
Klingking Asap umumnya dimasak dengan bumbu pedas, seringkali dipadukan dengan ayam kampung. Hidangan ini menjadi menu wajib saat Lebaran di banyak rumah di desa ini.
“Kalau pas lebaran itu pasti tiap rumah ada,” kata warga.
Produksi Klingking Asap tidak hanya melestarikan tradisi kuliner, tetapi juga menggerakkan roda ekonomi lokal. Rebung segar diperoleh dari kebun-kebun warga, sementara Klingking Asap yang sudah jadi diperjualbelikan.
“Kalau untuk rebungnya itu tergantung, biasanya kalau pas awal-awal tumbuh itu kan mahal sampai Rp10.000 per kilonya, tapi kalau sudah banyak, itu paling Rp4.000 per kilo,” terangnya.
Sementara itu, harga Klingking Asap saat ini mencapai Rp120.000 per kilo.
Menariknya, permintaan akan Klingking Asap tidak hanya datang dari masyarakat sekitar.
“Rata-rata pembeli dari masyarakat sekitar sini dan ada yang dari luar kota bahkan luar negeri,” ungkap Faryani.
Kerinduan akan cita rasa kampung halaman membuat para perantau, bahkan yang berada jauh di Hong Kong, tak jarang memesan Klingking Asap untuk dikirimkan.
Selain itu, ketersediaan Klingking Asap sangat bergantung pada musim rebung, biadanya pada musim penghujan warga banyak yang mencari selanjutnya distok sebanyak mungkin.
“Kalau nggak musim, ya nggak ada. Makanya kadang mereka stok. Kalau musim penghujan gini kan mereka nyari banyak-banyak, terus disetok di sini,” jelasnya.
Bagi masyarakat yang ingin merasakan kelezatan Klingking Asap, dapat menghubungi langsung ke rumah Ibu Faryani Dukuh Lopawon, Desa Kebobang, kecamatan Wonosari Kabupaten Malang
Keberadaan Klingking Asap menjadi bukti kekayaan kuliner tradisional yang patut dilestarikan dan terus dikenal oleh generasi mendatang. (A1)
Penulis : Yanti
Editor : Gus