PENDOPOSATU.ID, MALANG –
Aktivis Malang Crisis Center (MCC), Syafriil M buka suara berkaitan dengan munculnya penolakan oleh sejumlah pihak akan kedatangan Dr. Zakir Naik sebagai pembicara, yang ceramahnya dinilai kontroversi terutama terkait isu-isu sensitif antar amat beragama dan dikhawatirkan akan memecah belah toleransi dan kerukunan lintas agama yang selama ini dijunjung tinggi di Indonesia, khususnya di Kota Malang.
Menanggapi kekhawatiran tersebut, Syafriil mengatakan justru Dr. Zakir naik dalam hal ini harus belajar dari bangsa Indonesia karena punya DNA toleransi kuat.
“Bumi arema juga ingin menyampaikan bahwa bangsa Indonesia memiliki karakter dan jatidiri yang kuat dalam hal toleransi dan persatuan,” ujar pria yang akrab disapa Caping ini.
Caping menegaskan bahwa sejak ratusan tahun lalu, toleransi bukanlah ajaran impor. Ia lahir dari kearifan lokal, dari budaya saling menghargai antar suku, antar agama, dan antar tradisi.
“Soal toleransi bangsa ini tidak perlu diajari soal hidup berdampingan, karena itulah akar budaya Indonesia,” paparnya.
Lebih lanjut, Ia mengungkapkan Di tanah tempat masjid berdiri di samping gereja, di kampung tempat umat Hindu, Islam, Kristen, dan adat justru bersatu dalam gotong royong.
“Ini bukan hasil program, ini hasil sejarah dan jiwa bangsa,” tegasnya.
Caping mengungkapkan bahwa toleransi adalah kekuatan bangsa Indonesia, bukan kelemahannya, persatuan adalah budaya bangsa jadi bukan sekadar slogan politik.
“Inilah yang perlu dipahami, dihormati, dan disampaikan oleh siapa pun yang berdiri di panggung publik Indonesia termasuk Dr. Zakir Naik,” ungkapnya.
“Ketika beliau berbicara di negeri ini, beliau berbicara kepada bangsa yang sejak awal berdiri sudah melawan penjajahan, menjaga persatuan, dan menghormati perbedaan,” pungkasnya.
Penulis : Gus
Editor : Redaksi