PENDOPOSATU.ID, MALANG — Menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, PT Exel Mandiri menggelar parade kostum pahlawan nasional dan lomba busana tematik pakaian adat daerah. Acara ini rutin digelar setiap tahun sebagai ajang silaturahmi untuk mempererat hubungan antar-karyawan.
Kegiatan tersebut juga menjadi ruang terbuka bagi seluruh pegawai untuk melebur perbedaan dan saling memaafkan setelah setahun penuh bekerja bersama. Pemilik PT Exel Mandiri, Daya Sundara, menilai momen seperti ini penting untuk memupuk rasa kebersamaan dan menumbuhkan ide-ide baru.
“Setahun penuh kita bekerja, kadang ada perdebatan soal pekerjaan atau teknik. Lewat momen ini, kita bersilaturahmi, saling memaafkan, dan menumbuhkan rasa kebersamaan,” ujarnya, Jumat (8/8/2025).
Ia menegaskan, perayaan kemerdekaan tidak sekadar hura-hura, tetapi harus diisi dengan karya nyata. Salah satunya dengan membangun kemandirian ekonomi, khususnya di industri susu yang hingga kini masih dikuasai perusahaan asing.
“Kita punya pasar besar, tapi pabrik susu besar di Indonesia dimiliki perusahaan luar seperti Nestlé, President Black, dan Danone. Kenapa kita tidak bikin pabrik sendiri? Kita bisa mulai dari peternakan, lalu mengolah susu menjadi produk lokal,” tegasnya.
Daya mengungkapkan, PT Exel Mandiri yang berada di Lawang Malang selama ini menjadi kontraktor pemasangan mesin di berbagai pabrik susu di Indonesia. Potensi tersebut, menurutnya, harus dimanfaatkan untuk melangkah lebih jauh.
“Kalau kita punya produksi melimpah, kenapa tidak membangun pabrik sendiri? Dengan begitu kita bisa memberi manfaat bagi karyawan dan masyarakat,” ujarnya.
Ia menjelaskan, kegiatan tahunan seperti parade kostum dan lomba busana tematik ini juga menjadi forum tidak resmi yang memudahkan karyawan menyampaikan ide tanpa rasa takut.
“Di forum resmi, mereka sungkan bicara karena khawatir ada sanksi. Tapi di acara seperti ini, unek-unek keluar, termasuk ide memajukan perusahaan,” jelasnya.
Lebih jauh, Daya menyoroti masih tingginya angka kemiskinan dan rendahnya kualitas SDM di Indonesia, meski negeri ini memiliki sumber daya alam melimpah.
“Mari dari kelompok kecil ini kita berkarya untuk membangun negara. Kalau kita kompak, kita bisa mandiri, dan itu warisan untuk anak cucu kita,” pungkasnya. (Sn)