Malang, pendoposatu.id – Upaya serius mengembalikan kejayaan seni tradisi Topeng Malangan mulai menunjukkan arah yang lebih terstruktur. Kamis (04/12/2025), Loka Karya Dunia Wayang Topeng Malang resmi dibuka di Pendopo Agung Kabupaten Malang, Jl. Merdeka Timur No. 3, Kota Malang. Selama dua hari ke depan, para maestro, akademisi, dan pegiat budaya berkumpul untuk merumuskan langkah strategis pelestarian seni warisan leluhur yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia.
Kegiatan ini dihadiri sejumlah tokoh budaya, antara lain Ki Sholeh Adi Pramono, Ketua DKKM Romo Ki Suroso, serta Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang, Firmando Hasiholan Matondang, S.STP., M.Si. Hadir pula Kabid Kebudayaan, Hartono, S.Ap., M.M., bersama para pelaku seni dari berbagai sanggar.
Dalam arahannya, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Firmando Hasiholan Matondang, menegaskan bahwa loka karya ini bukan sekadar kegiatan rutin, melainkan langkah awal kebangkitan besar seni Topeng Malangan.
“Hari ini adalah Loka Karya Tari Topeng Malangan. Kita mulai membangkitkan kembali kesenian asli Kabupaten Malang yang sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia. Ini momentum pertama untuk menggerakkan kembali, sekaligus menjadikannya agenda berkelanjutan,” tegasnya.

Firmando menekankan bahwa masyarakat Kabupaten Malang harus memahami bahwa seni Topeng Malangan menyimpan kekuatan budaya yang mampu menyatukan masyarakat sekaligus merefleksikan perjuangan masa silam.
“Wayang Topeng bukan sekadar tontonan. Di dalamnya ada nilai, filosofi, dan jati diri bangsa. Kesenian itu kekuatan yang bisa menyatukan,” imbuhnya.
Ia juga menyoroti pentingnya keterlibatan generasi muda agar seni tradisi ini tidak hanya bertahan, namun juga berkembang.
“Generasi muda harus ikut. Seni Topeng Malangan harus diterima Gen Z supaya tetap hidup dan relevan,” katanya.
Kabid Kebudayaan, Hartono, S.Ap., M.M., mengingatkan bahwa Wayang Topeng Malang telah ditetapkan sebagai WBTB sejak 2014. Hal itu menempatkan pemerintah daerah dalam posisi wajib untuk melindungi, melestarikan, dan memanfaatkannya.
“Di Kabupaten Malang ada empat WBTB, yaitu Topeng Malangan, Kagrak Malangan, Krucil, dan Pesekalan. Semuanya wajib kita jaga dan kita kembangkan,” ujarnya.
Salah satu strategi yang dilakukan adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan teknis bagi para seniman.
“Pelatihan ini penting untuk meningkatkan kemampuan menata musik, gerak, hingga kostum. Tujuannya agar pertunjukan semakin layak dan menarik, serta mendukung destinasi wisata berbasis budaya,” jelas Hartono.
Loka karya ini juga menjadi ruang evaluasi bagi 10 sanggar peserta Festival Topeng Malangan yang telah tampil di Festival Ekrap Bonpring. Evaluasi dilakukan untuk memperkuat standar pertunjukan, kreativitas, serta kesiapan tampil dalam agenda-acara berskala daerah maupun nasional.
“Harapannya, 10 sanggar ini terus berinovasi dan meningkatkan kualitas pertunjukan. Standar seni pertunjukan harus mereka penuhi,” terang Hartono.
Ia menambahkan bahwa kolaborasi antara budaya dan pariwisata kini semakin erat. Salah satunya adalah penampilan Topeng Malangan di hadapan Wakil Menteri dalam agenda di Bonpring.
“Itu bukti bahwa budaya dan pariwisata bisa bergerak bersama dan saling menguatkan,” katanya.
Output utama dari loka karya ini adalah peningkatan kualitas SDM seni, mulai dari gerak, desain kostum, musik pengiring, hingga kemampuan bercerita di atas panggung. Semua diarahkan agar Topeng Malangan menjadi pertunjukan berkualitas yang dinanti publik.
“Pertunjukan harus kreatif, menarik, dan punya daya magnet. Dari gerak, storytelling, sampai ekspresi panggung—semuanya harus diperkuat,” tegas Hartono.
Loka Karya Dunia Wayang Topeng Malang 2025 menjadi tonggak penting dalam memastikan seni tradisional khas Kabupaten Malang tetap hidup dan berkembang di tengah derasnya modernisasi. Melalui penguatan sanggar, peningkatan kualitas seniman, serta kolaborasi pariwisata-budaya, Topeng Malangan diharapkan kembali menjadi identitas kuat Kabupaten Malang sekaligus daya tarik wisata budaya yang membanggakan.
Seni leluhur ini bukan hanya warisan, tetapi masa depan. Kabupaten Malang kini bergerak untuk memastikan jejak budaya itu tak pernah hilang.
Penulis : nes










