PENDOPOSATU.id MALANG – Pemilih generasi z, generasi milenial dan pemilih pemula yang jumlahnya mencapai 56 persen untuk menjadi pemilih yang cerdas, nantinya memilih secara hati hati, cerdas dan tidak diombang ambingkan oleh sesuatu, hal tersebut disampaikan anggota DPR RI komisi XI Andreas Eddy Susetyo saat menjadi pembicara pada dialog peran generasi z dan milenial di SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen Malang, Senin (15/1/2024).
Menurut Andreas, pihaknya memberi contoh Amerika saat pelaksanaan pemilihan presiden menggunakan bidang inteljen namun menyesatkan yang kemudian timbul penyesalan dari rakyat Amerika memilih calon Presiden Donald Trump.
“Dan saat ini konsultan bidang Inteljen tersebut sudah berada di Indonesia, jadi sangat hati hati, nanti saya gambarkan pola pemanfaatan data yang nantinya untuk kepentingan media sosial,” ungkap Andreas di aula SMKM 5 Kepanjen.
Andreas menceritakan, terpilihnya Donald Trump karena adanya inteljen Rusia dengan menggunakan pengumpulan data dari berbagai sumber, dan data tersebut masuk ke micro KTP yang nantinya mengarah pada media sosial.
“Salah satu contoh terjadi di negara Piliphina, dimana mereka memiliki presiden hasil pemilu yang dimenangkan oleh seorang anak presiden yang bapaknya adalah salah satu koruptor terbesar di dunia,” terang Andreas.
Pemilih milenial dan generasi z yang jumlahnya 56 persen ini diminta berhati-hati dalam memilih, karena nantinya wajah pesta demokrasi ini tidak seperti yang diharapkan semua rakyat Indonesia.
“Dan inilah kalau tidak hati-hati, wajah Pemilu ini akan tidak seperti yang kita harapkan,” kata Andreas.

Ditempat yang sama, Wakil Bupati Malang Didik Gatot Subroto menyebut, generasi z yang paham berpolitik ini dan bisa berpartisipasi dalam Pemilu yang akan dilaksanakan pada 14 Februari 2024 ini, serta berperan penting dalam mendukung yang ada di Indonesia.
“Jadi generasi z ini yang sudah paham perpolitikan ini, sehingga mereka (Gen z) ini bisa memahami yang pada saatnya bisa berpartisipasi bahwa pemuda dan pemudi memiliki peran yang luar biasa dalam mendukung perpolitikan di Indonesia ini,” sebut Didik.
Didik menambahkan, karena kawasan pendidikan pihaknya memberikan teori politik yang mana pada 14 Februari tahun 2024 akan dilaksanakan pemilihan umum serentak.
“Karena ini kawasan pendidikan, perlunya kita memberikan teori politik pengenalan politik, bahwa kedepan pada (14/2) negara sedang melaksanakan proses pemilihan umum sehingga wujud perlunya partisipasi dari unsur pemuda,” tandas pria yang juga menjabat Ketua DPC PDI-Perjuangan Kabupaten Malang ini.
Didik menjelaskan pada pemilihan umum mendatang sebanyak 56 persen pemilihnya adalah Gen Z, Gen X dan milenial.
“Tidak hanya satu sekolah saja, hampir semua sekolah, ada ada pendidikan politik, teredukasi sehingga mereka memiliki pilihan dan bisa memberikan support keberhasilan, karena partisipasinya, kalu golput kita kita kan tidak menunjukkan keberhasilannya,” pungkasnya.
Hadir pada kegiatan tersebut, puluhan siswa siswa yang menjadi pemilih pemula pada Pemilu tahun 2024 ini serta perwakilan OPD.
Penulis : soeseno
Editor : santoso
Sumber Berita : Liputan