Analisis Kritik Penampilan Grup Modern Dance Groove Hoppers Dalam Pesta Seni Ke-8 Tahun 2024

- Redaksi

Jumat, 29 November 2024 - 19:45 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

PENDOPOSATU.ID, MALANG – Salah satu penampilan yang menarik perhatian pada Pesta Seni ke-8, Hari ke-2, 2024, adalah penampilan grup musik “Groove Hoppers” di Gedung Sasana Krida Universitas Negeri Malang.

Pameran yang mengangkat tema New Wave, dan penampilan mereka


menunjukkan semangat Generasi Z untuk menghadapi era digital yang dinamis dan inovatif. Grup tersebut berusaha menerjemahkan tema tersebut secara kreatif dalam gerakan tari yang modern dan dinamis.

Tema-tema ini mencakup kesejahteraan emosional, masalah lingkungan, kesetaraan, ekspresi diri, dan kehidupan sosial.Koreografi yang energik dan kreatif adalah ciri khas penampilan Groove Hoppers.

“Mereka menampilkan gerakan yang terasa kreatif, menunjukkan sifat generasi muda yang berani berbicara dan beradaptasi dengan perubahan.”

Selain itu, harmonisasi antara setiap anggota penari patut diapresiasi karena menunjukkan keselarasan yang menunjukkan keterampilan yang ketat dan komitmen tinggi terhadap kualitas pertunjukan.

“Kostum yang dikenakan oleh para penari menambah nilai positif, karena desain yang dipakai mencerminkan warna dan motif generasi Z dengan kombinasi warna yang cerah dan berani.”

Hal ini mendukung pesan bahwa seni tari modern dapat menjadi media yang kuat untuk mewakili dinamika dan karakteristik generasi muda di era komputer dan internet.

“Groove Hoppers berhasil menggabungkan elemen ekspresi diri dalam tarian mereka, yang relevan dengan tema New Wave.”

Setiap gerakan tampaknya memiliki makna khusus, menceritakan kisah tentang bagaimana generasi Z mengatasi kesulitan, tetap kreatif, dan menyuarakan ide-ide baru.

“Penampilan-penampilan ini menunjukkan bahwa seni pertunjukan dapat berfungsi sebagai alat komunikasi yang berguna untuk menyampaikan masalah sosial dan budaya dengan cara yang menarik dan inspiratif.”

Namun, meskipun penampilan mereka memberikan dampak positif, beberapa fitur teknis masih perlu diperbaiki agar pengalaman menonton secara keseluruhan lebih baik. Tidak adanya panggung khusus yang memisahkan area penari dari audiens merupakan salah satu kekurangannya.

Baca Juga :  Tantangan Etika Bisnis di Industri E-commerce: Antara Keuntungan dan Tanggung Jawab Sosial

“Hal ini membuat formasi dan pola tarian sulit dilihat dengan jelas, terutama bagi penonton yang berada di belakang. Kehadiran panggung yang lebih besar akan memberikan sudut pandang yang lebih baik, memungkinkan seluruh audiens menikmati koreografi dengan mudah tanpa hambatan.”

Kekurangan yang cukup mencolok adalah kurangnya pencahayaan khusus atau efek pencahayaan warna-warni. Untuk menciptakan atmosfer futuristik yang sesuai dengan konsep acara, pencahayaan yang kreatif dan dinamis seharusnya menjadi komponen penting dalam tema New Wave.

“Dikombinasikan dengan musik dan gerakan tari, efek cahaya dapat meningkatkan emosi dan keterlibatan penonton, membuat pertunjukan lebih hidup dan mendalam.”

Kekurangan lainnya adalah kurangnya elemen pendukung visual, seperti properti tambahan atau latar belakang interaktif yang relevan dengan tema.

“Dengan menggunakan properti digital atau latar belakang yang mendukung, penampilan Groove Hoppers dapat terasa lebih hidup dan mampu memperkuat pesan yang mereka ingin sampaikan. Hal ini juga dapat membantu membuat pengalaman audiens lebih berkesan.”

Terlepas dari kekurangan tersebut, Groove Hoppers telah menunjukkan performa dengan sangat baik dan sesuai dengan tema acara. Mereka berhasil menggambarkan esensi New Wave melalui koreografi kontemporer yang relevan dengan identitas Generasi Z.

Dengan memperbaiki elemen teknis seperti panggung, pencahayaan, dan komponen pendukung visual, penampilan mereka memiliki potensi untuk menjadi lebih spektakuler dan mempengaruhi audiens secara lebih besar.

“Penampilan ini bukan hanya hiburan, itu juga menunjukkan seni kontemporer sebagai refleksi perubahan sosial dan budaya yang terjadi di era internet.”

Penulis : Brilliant Marco Ebenhaizer Mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Tari dan Musik

Editor : A.Seno

Berita Terkait

Satu Panggung untuk Palestina, Dari Bumi Arema untuk Dunia
Kekerasan Atas Nama Mayoritas di Sukabumi, Sebuah Erosi Spiritualisme Mengeringkan Rasa Kemanusiaan
Jejak Panjang Uang, Antara Berkah dan Belenggu Peradaban
Eksklusif! Pengalaman Mudik ke Luar Angkasa Ternyata Ada di Planet Dampit!
Rahasia Klingking Lopawon, Kuliner “Daging Asap” Dari Bambu Yang Bikin Candu
Wabup Lathifah Resmikan “Sambang Jejak Kearifan” di Tengah Semarak Pasar Murah Lawang
Safari Ramadan di Malang Serap Aspirasi Pelestarian Budaya: Ide Museum Desa Mengemuka
Perspektif Mahasiswa: Tindakan Represif Aparat Menangani Demonstrasi di Malang Dalam Ruang Demokrasi

Berita Terkait

Rabu, 16 Juli 2025 - 19:14 WIB

SMPN 1 Tumpang Tanam Karakter Cinta Lingkungan Melalui MPLS 2025

Kamis, 10 Juli 2025 - 16:02 WIB

Sorot Mata Publik, Praktik Pungutan Paguyuban Sekolah di Malang Kembali Disorot

Kamis, 27 Februari 2025 - 14:49 WIB

Dukung Pendidikan, Axioo Indonesia Berikan Laptop ke Malang Autism Center

Jumat, 21 Februari 2025 - 17:18 WIB

Prof. H Bisri: Hafidz Al-Qur’an Layak Jadi Anggota Polri Berintegritas

Jumat, 31 Januari 2025 - 08:59 WIB

Dekan Fakultas Hukum UMM : RUU KUHAP dan Restorative Justice: Mendesak untuk Segera Diselesaikan

Rabu, 22 Januari 2025 - 18:50 WIB

Pemagaran 30,16 Km di Laut Tangerang, Ini Pandangan Dosen UMM

Rabu, 22 Januari 2025 - 17:17 WIB

FISIP Universitas Brawijaya Gelar Konferensi Internasional Bertajuk “Digital Transaction in Asia VI”

Selasa, 14 Januari 2025 - 16:46 WIB

Universitas Brawijaya Malang Kolaborasi Dengan i-SPES Kembangkan Sistem Magdas Untuk Pemantauan Perubahan Iklim

Berita Terbaru